Cara saya menghabiskan waktu menuju usia seperempat abad ialah mengikuti jejak kawan saya, yaitu sekolah lagi secara homescooling. Hal ini sejenis penelitian yang dilakukan secara pribadi untuk konsumsi pribadi, dan saya tertarik untuk mengikuti jejaknya. Saya baru menemukan ide penelitian hari ini.
Ide itu ialah mendatangi kembali tempat wisata yang dulu sempat booming atau rame di tahun 80an hingga tahun 2000 awal. Bagaimana juga dapat dilihat bagaimana bentuk-bentuk destinasi maupun atraksi wisata jaman Orba. Apakah pengembangan wisata jaman orba ini berbeda dengan wisatajaman sekarang. Mungkin penelitian ini membutuhkan waktu yang lama dan pendalaman materi agar terlihat lebih jeru. Semoga tulisan saya nantinya tidak cethek dan mengulas lebih luas.. hehhe
Penelitian ini sebenarnya lebih ke memory personal dari individu yang dulu pernah atau sempat melancong ke Yogyakarta, bisa jadi kita hanya mengenal Prambanan, Borobudur, Keraton, Kaliurang, Malioboro dan Pantai Parangtritis sebagai tujuan wisata. Tak hanya itu saja, destinasi wisata buatan pun juga ramai dikunjungi, seperti gembira loka, kids fun dan purawisata.
Tak hanya tujua wisata saja, bila kita menengok ke belasan tahun yang lalu, pilihan moda transportasi yang murah dan nyaman pun dapat kita dengan mudah kita akses. Bus kota, becak, dan andong. Jalanan yang masih dua arah, belum banyak verboden seperti saat ini.
Soal kuliner, mungkin dahulu makanan tidak begitu artifisial, kalau kita ingin makan gudeg terpusat di sentra wijilan atau lesehan di sepanjang jalan malioboro. menikmati bakpia tak lepas dari daerah Pathuk sehingga bakpia sendiri diberi embel-embel Bakpia Pathuk. Untuk mencari hotel tidaklah sulit, sebut saja Jalan Dagen, Prawirotaman dan Sekitara Malioboro merupakan pusat hotel di Yogyakarta.
Kuliner beda .... Bakpia,,,, wijilan,,,, kota gedhe... hotel terpuasattt.....
Sejarah dagadu, sampai dibajak....
pasar maling, kekuatan malioboro, pusat-pusat wisata jelas diketahui....
Skg lewat ftv maupun film film digambarkan kepolosan jogja lugu katrok
Ringroad dan museum.. bandara.. stasiun tugu lempuyangan
bentuk artifisial lewat ftv .. andong becak bebas.. pepohonan rindang...
Kota yang terus berkembang maju beradaptasi dengan pendatang bukan pendatang yang adaptasi dengan jogj, tak harus seperti itupun jogja layak untuk dikunjungi..............................
Ide itu ialah mendatangi kembali tempat wisata yang dulu sempat booming atau rame di tahun 80an hingga tahun 2000 awal. Bagaimana juga dapat dilihat bagaimana bentuk-bentuk destinasi maupun atraksi wisata jaman Orba. Apakah pengembangan wisata jaman orba ini berbeda dengan wisatajaman sekarang. Mungkin penelitian ini membutuhkan waktu yang lama dan pendalaman materi agar terlihat lebih jeru. Semoga tulisan saya nantinya tidak cethek dan mengulas lebih luas.. hehhe
Penelitian ini sebenarnya lebih ke memory personal dari individu yang dulu pernah atau sempat melancong ke Yogyakarta, bisa jadi kita hanya mengenal Prambanan, Borobudur, Keraton, Kaliurang, Malioboro dan Pantai Parangtritis sebagai tujuan wisata. Tak hanya itu saja, destinasi wisata buatan pun juga ramai dikunjungi, seperti gembira loka, kids fun dan purawisata.
Tak hanya tujua wisata saja, bila kita menengok ke belasan tahun yang lalu, pilihan moda transportasi yang murah dan nyaman pun dapat kita dengan mudah kita akses. Bus kota, becak, dan andong. Jalanan yang masih dua arah, belum banyak verboden seperti saat ini.
Soal kuliner, mungkin dahulu makanan tidak begitu artifisial, kalau kita ingin makan gudeg terpusat di sentra wijilan atau lesehan di sepanjang jalan malioboro. menikmati bakpia tak lepas dari daerah Pathuk sehingga bakpia sendiri diberi embel-embel Bakpia Pathuk. Untuk mencari hotel tidaklah sulit, sebut saja Jalan Dagen, Prawirotaman dan Sekitara Malioboro merupakan pusat hotel di Yogyakarta.
Kuliner beda .... Bakpia,,,, wijilan,,,, kota gedhe... hotel terpuasattt.....
Sejarah dagadu, sampai dibajak....
pasar maling, kekuatan malioboro, pusat-pusat wisata jelas diketahui....
Skg lewat ftv maupun film film digambarkan kepolosan jogja lugu katrok
Ringroad dan museum.. bandara.. stasiun tugu lempuyangan
bentuk artifisial lewat ftv .. andong becak bebas.. pepohonan rindang...
Kota yang terus berkembang maju beradaptasi dengan pendatang bukan pendatang yang adaptasi dengan jogj, tak harus seperti itupun jogja layak untuk dikunjungi..............................
Komentar
Posting Komentar