Saya Ngefans
Mbaknya. . .
Pagi ini saat
saya membuka laman facebook, salah satu istri dari teman saya memposting cukup
panjang di status facebooknya. Biasanya saya cukup malas mengamati
postingan-postingan teman saya yang tidak lebih dari sekedar keluhan, harapan
atau doa-doanya yang diketik di statusnya, akan tetapi postingan istri teman
saya ini cukup menarik, dan setelah saya membacanya pun dalam hati “Aku ngefans
karo mbak’e iki.”
Postingan dia
adalah postingan akan keresahan sebagai kakak yang merasa gagal menjaga
adiknya, juga dengan kondisi orang tua yang sudah tidak lagi sehat seperti
dulu, si adik sedang terkena musibah yang mungkin bisa saja dianggap aib oleh
orang-orang sekitar. Adik dari istri teman saya tersebut hamil di luar
pernikahan, dan latar belakang keluarganya merupakan muslim yang taat. Oke dari
cerita singkat ini kita tidak bolek asal melakukan tuduhan-tuduhan miring,
karena kita tidak tau pasti ada apa dibelakangnya.
Saya kagum
terhadap sosok kakak perempuan tersebut, atau istri teman saya ini. Dia bukan
dengan sengaja mengumbar aib keluarganya mengenai kondisi si adik yang
tiba-tiba elahirkan di luar pernikahan dan ibunya mengalami sakit karena usia.
Si kakak perempuan ini rasanya sangat bingung jika ingin berbagi pada orang
satu-satu maka akan memakan waktu lama, belum lagi omongan-omongan miring khas
orang Indonesia yang hobi menggosip di belakang. Perlu kita ketahui selama Sembilan
bulan sang adik menyembunyikan masalah ini dari keluarganya, saya juga salut
padanya mampu mempertahankan hingga Sembilan bulan tanpa mengaborsi, yang
berarti juga bertanggung jawab pada perbuatannya tanpa mengulangi kesalahan dua
kali.
Saya bukan
penganut feminis atau membela hak-hak perempuan yang terlalu berlebihan, tapi
disini perlu kita tekankan empati pada kakak yang bingung seharusnya dapat
menjadi teman berbagi sang adik, dan si adik yang berani memilih menjadi ibu
dari anaknya tersebut. Sebagai sesame perempuan tentunya banyak orang yang suka
menggunjingkan orang lain, juga sesame perempuan tanpa melihat factor-faktor
lain yang ada dibelakang. Biasanya kita juga asal menuduh aktor yang paling bersalah,
missal ayahnya tidak mendidik dengan benar, atau perempuan tersebut perempuan
nakal dengan label-label khas omongan murahan.
Hari ini saya
tambah kagum sama istri teman saya, bukankarena sosoknya yang easy going, dia
juga aktivis tapi di tengah-tengah kebingungannya membagikan keresahan yang ia
alami pada teman di sosial medianya, yang belum tentu seratus persen semuanya
adalah sahabat baik, bisa saja menggunjingkan. Pilihan yang ia ambil sangat
baik, seperti di tulisnya bahwa ia bukan tipe orang “ Let keep calm and let
people talk behind your back. Di akhir komentarnya pun kakak perempuan juga
menuliskan biarlah dosa orang ditanggung individu, ialah sosok yang kuat, tanpa
prasangka negative dan dengan besar hati membagikan kegelisahannya di khalayak
umum tanpa takut mendapatkan judgement yang buruk meskipun juga sedang hamil
juga. Tabah ya mbak, saya salut dengan perempuan seperti kamu mbak diberikan
pandangan cukup luas tidak menilai masalah cukup dari satu adtau dua sisi saja.
Komentar
Posting Komentar