Hari ini saya membaca buku pelajaran sejarah sekolah, agak
kaget juga melihat bagaimana sekolahan mendoktrin anak didiknya (termasuk
saya), dengan isu PKI yang masih sesuai dengan sejarah versi jaman orde baru. Agak kaget juga bagaimana
seluruh pemberontakan maupun organisasi perlawanan dianggap subversive oleh
pemerintah.
Sejarah memang perlu di tulis ulag, namun sampai saat ini
hingga orde baru runtuh kurang lebih 16 tahun belum di ubah juga, jika kita
ingat bagaimana orde baru mengubah sejarah versi orde lama dengan cepatnya,
namun sebaliknya reformasi tidak sepenuhnya mengubah orde baru.
Hal ini bisa saja karena beberapa penguasa jaman orde baru
masih duduk di kursi pemerintahan saat ini, atau memang pengaruh selama 32
tahun itu cukup kuat. Saya bukan pro PKI atau perilaku subversif lain. Namun
jika fitnah buruk terhadap PKI ini hingga memasuki soal-soal ujian, buku-buku
sejarah yang dari dahulu hingga saat ini masih salah kaprah, maka dipastikan
generasi anak cucu kita menjadi ahistoris.
Penulisana sejarah yang melenceng terus menerus diajarkan
dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pandangan seorang anak akan
berubah saat ia memasuki perguruan tinggi itupun juga tergantung lingkungan dan
sumber literasi. Banyak anak yang tidak kritis dalam menanggapi sejarah, seolah
–olah itu bukan hal pokok untuk dipelajari dan bukan menjadi bagian mada
depannya. Masalah lainnya ialah masih banyak dikalangan menengah kebawah yang
tidak mengenyam sampai perguruan tinggi.
Pemahaman yang anak-anak dan generasi penerus yang di dapat
di sekolah inilah yang mereka pegang hingga menjadi dewasa dan orang tua, tentu
setelah kita memiliki keturunanan juga akan mengajarkan mengenai sejaraha dan
ingatan kolektif kita saat di sekolah. Akankah kesalahpahaman sejarah ini akan
terus- menerus dan berulang kali.
Pada tulisan saya kali ini yang menjadi masalah ialah, saat
pemerintah memberikan pendidikan politik lewat buku sejarah, dan doktrinisasi
anti komunis yang terus menerus di ulang hingga soal-soal ujian menempuh
perguruan tinggi maupun pergawai negeri, hal tersebut cukup tidak adil, karena
sejarah tersebut masih simpang siur kebenearannya. Contohnya apakah kelima
jendral di culik dan di bunuh secara sadis oleh PKI, hal ini hanya bagian
cerita sejarah dari orde baru.
Hal-hal mengancam pemerintah lainnya seperti terorisme juga
merupakan bagian dari sejarah bangsa kita, apakah mungkin nanti setelah delapan
belas tahun sejak kejadian terorisme di Indonesia juga akan di tulis dan
sebagai bahan ujian di buku pelajaran, terorisme merupakan wujud dari perlawanan garis keras yang
mengancam negara, kita tidak tahu bagaimana negara mengatur konflik sedemikian
rupa, sebagai penonton atau mungkin berperan sebagai pemain, saatnya kita
menunggu saja !!
Komentar
Posting Komentar