Menyambung tulisan saya yang kemarin, membeli kaos atau merchandise anak band jaman sekarang bukan lagi sekedar mengandung unsur gaya-gayaan. Seperti di jaman tahun 1990an, waktu itu saya sangat ingat di pinggir jalan banyak sekali kaset-kaset, poster, kaos bajakan. Kalau sekarang saya kurang lihat geliat itu lagi, terlebih kaset maupun vcd sudah mulai tergantikan dengan flashdisk maupun micro ds yang di pasang di radio atau player lainnya. Anak muda yang berkarya di bidang musik saat ini tidak bisa mengandalkan pendapatan dari penjualan album, yang memang mudah sekali di bajak, acara off air pun bisa di hitung dengan jari setiap tahunnya, lalu apakah hal yang bisa membuat mereka tetap semangat berkarya tanpa mengorbankan uang dari kantong mereka sendiri. Hal ini tentu dibarengi dengan penjualan mercahndise, selain untuk mengenalkan band meraka juga menambah pemasukan untuk kegiatan produksi. Walaupun pemasukan dari hasil penjualan ini tentu tidak terlalu besar. Jika kita ketahui keuntungan dari setiap penjualan kaos tentu tidak melebihi Rp. 50.000, masa pendukung anak band tersebut kira-kira dari lingkungan kawan dan komunitas mereka yag mungkin penjualan ini tidak mungkin mencapai ribuan. Nah kita hitung saja dalam berapa bulan penjualan atau acara penyambutan launching mereka ini bertahan ?tiga bulan mungkin. Hal ini tentu juga diimbangi persaingan dari records atau label-label lain yang mempromosikan band andalan meraka. Walaupun saya bukan anak band, saya tidak dekat dengan kehidupan band-bandan, namun apa yang saya lihat banyak band yang awal terbentuk katanya iseng, atau masih menganut teguh idelais mereka lama -lama termakan oleh waktu bubar juga. Saya kurang tahu bagaimana mereka bubar, ada saja alesannya mungkin sibuk masing-masing, berkeluarga atau apalah. Bukan hal pribadi yang akan saya bahas, melainkan bagaimana mempertahankan kondisi band-bandan, berkarya dengan baik tetap mendukung musik dalam negeri,,, fakkk bahasaku kacau banget. Sebuah manajemen musik tentu saja tidak hanya mengurusi bagaiman band ini bisa langgeng main terus dimana-mana, bukan hanya soal promosi, bukan hanya soala manajemen panggung dan artistik, tetapi bagaimana menciptkan sense of belonging agar semua merasa memiliki satu band tersebut, mereka mengembangkan ide masing-masing yang bisa saja tertuang dalam bentuk merchandise atau apapun itu. Kembali lagi saat kita membeli kaos band itu mungkin lucu, bagus, beda dari teman. tapi apakah usia seseorang tidak akan bertambah dan selera musik tidak tergantikan ( hal ini tentu lain dengan band-band yang sudah melegenda).. Loh apa bedanya ? bukankah band ini akan melegenda juga. Namun tidak ada salahnya bila musik nanti sudah mulai tergeser dengan musik baru, bagaimana media juga yang berperan dengan ini, saya harpakan masih ada artefak yang ditinggalkan untuk bisa dijadikan kenangan, minimal cerita bagi anak cucu.
Hari ini saya disuruh ibu untuk pergi ke sebuah Toko retail paling ternama di kota ini, rupanya ibu membaca sebuah Koran harian lokal yang memuat iklan diskon di pusat perbelanjaan tersebut. Ibu tertarik, soalnya dalam iklan tersebut tertulis “beli dua dapat satu”. Akhir bulan, uang sedang menipis hanya cukup untuk makan, ibupun belum gajian, tetapi karena termakan iklan tersebut ibu memaksa saya membelikan sandal, jika beli dua yang berarti dapat tiga maka satu untuk ibu, satu untuk kakak perempuan saya dan satu bagian lagi tentu untuk saya. Promosi di akhir bulan ini bisa jadi sebuah musibah bagi yang menerima gaji di awal bulan tetapi memiliki hasrat belanja tinggi, juga musibah bagi penerima gaji di akhir bulan lalu habis dibelanjakan begitu saja. Sayateringat waktu kerja di kabupaten terpencll, saya mungkin sebulan sekali pergi ke kota dan sayapun mikir dua kali untuk belanja. Jaraka dan media meskipun di pedalaman, akhir bulan, dan uang pas-pasan sungguh tidak menja...
Komentar
Posting Komentar